Cerita Horor : Pernah Denger Siampa di Gunung Talang?

Cerita Horor : Pernah Denger Siampa di Gunung Talang?

Gunung Talang, salah satu gunung berapi aktif di Sumatera Barat, terkenal dengan keindahan alamnya yang memesona. Namun, di balik pesonanya, tersimpan cerita-cerita mistis yang bikin bulu kuduk merinding. Salah satunya adalah legenda Siampa—sesuatu yang konon bersembunyi di antara kabut dan hutan lebat gunung itu.

Banyak pendaki yang mengaku pernah mendengar suara aneh, bisikan-bisikan tak jelas, atau bahkan melihat sosok hitam melintas di antara pepohonan. Tapi, mereka yang pernah bertemu Siampa… jarang ada yang bisa cerita panjang lebar.

Kau pernah denger tentang Siampa di Gunung Talang?

Kalau belum, simpan baik-baik cerita ini. Jangan sampai kau jadi korban berikutnya.


Bagian 1: Pendaki yang Hilang

Beberapa tahun lalu, sekelompok mahasiswa dari Padang memutuskan untuk mendaki Gunung Talang. Mereka berlima: Riko, Andi, Dina, Maya, dan Adit. Semua berpengalaman, tapi mereka tidak tahu bahwa gunung itu punya aturan sendiri.

Saat malam tiba, mereka mendirikan tenda di dekat Danau Talang. Udara dingin menusuk tulang, tapi yang bikin mereka semakin tidak nyaman adalah suara langkah kaki di sekitar tenda.

“Tap… tap… tap…”

Seperti ada yang berjalan pelan, mengelilingi mereka.

Dina, yang paling penakut, langsung berbisik, “Apa itu?”

“Angin kali,” jawab Andi mencoba tenang.

Tapi kemudian…

“Sssst… dengar nggak?” Maya membuka resleting tenda sedikit.

Di luar, kabut tebal menyelimuti danau. Dan di antara kabut itu… ada bayangan tinggi, kurus, seperti manusia tapi terlalu jangkung.

“A-ada orang di sana?” teriak Riko.

Tidak ada jawaban.

Hanya suara desisan pelan, seperti sesuatu yang menarik napas… dari jarak sangat dekat.

Mereka memutuskan untuk tidak keluar. Tapi pagi harinya… Adit hilang.

Pintu tendanya terbuka lebar, tapi tidak ada jejak kaki. Hanya bekas cakaran aneh di tanah, seperti sesuatu yang menyeretnya.


Bagian 2: Suara dari Dalam Kabut

Mereka panik. Setelah mencari sekeliling, mereka menemukan sesuatu yang bikin darah beku: sepatu Adit tergantung di dahan pohon, tinggi sekali—seperti ada yang sengaja menaruhnya di sana.

“Ini nggak mungkin…” gumam Andi.

Mereka buru-buru turun, tapi saat malam tiba lagi… suara itu kembali.

“Aku lapar…”

Bisikan itu datang dari kegelapan. Suaranya parau, seperti orang kelaparan.

Maya menangis ketakutan. “Kita harus pergi sekarang!”

Tapi saat mereka berlari… sesuatu mengikuti.

Dari belakang, terdengar suara tertawa kecil, lalu langkah cepat mendekat.

Riko, yang berlari paling belakang, tiba-tiba terjatuh.

“Tolong! Ada yang pegang kakiku!” teriaknya.

Andi berbalik dan melihat… tangan hitam, panjang, dengan jari-jari yang terlalu kurus, mencengkeram pergelangan Riko.

Dia berusaha menariknya, tapi sesuatu di dalam kegelapan itu jauh lebih kuat.

“Jangan tinggalkan aku!” Riko menjerit sebelum tertarik ke dalam semak-semak.

Suaranya hilang begitu saja.


Bagian 3: Siampa

Hanya tersisa tiga orang sekarang. Mereka lari tanpa arah, sampai akhirnya bertemu dengan seorang lelaki tua—penjaga hutan setempat.

“Kalian ketemu Siampa ya?” tanyanya dengan wajah pucat.

“Siapa itu Siampa?” tanya Dina gemetar.

Lelaki tua itu menghela napas.

“Siampa itu makhluk yang tinggal di gunung ini. Dia suka… mengambil orang yang berkemah di dekat danau. Dia kelaparan. Dan sekali dia memilih mangsanya… nggak ada yang bisa lari.”

“Tapi kenapa kami? Kami nggak ngapa-ngapain!” teriak Maya.

Lelaki tua itu menggeleng. “Siampa suka yang berisik. Kalian mungkin terlalu gaduh, sampai dia tertarik.”

Malam semakin gelap. Lelaki tua itu menawarkan mereka untuk menginap di pondoknya.

Tapi saat tengah malam… Dina terbangun karena ada yang menatapnya.

Di sudut pondok… Siampa berdiri.

Tubuhnya tinggi, hitam, seperti asap pekat. Matanya—kecil, kuning, dan lapar.

“Aku… lapar…”

Dina tidak sempat berteriak. Tangannya yang panjang langsung mencekiknya.


Epilog: Satu-Satunya yang Selamat

Hanya Maya yang berhasil turun dari gunung itu. Dia ditemukan oleh warga setempat, pucat dan terus bergumam:

“Siampa… Siampa… dia masih di sana…”

Sejak itu, pendaki dilarang berkemah di dekat Danau Talang setelah maghrib.

Tapi kadang-kadang… kalau kau dengar bisikan “Aku lapar…” di antara kabut…

Larilah.

Jangan sampai kau jadi mangsa berikutnya.


Akhir Cerita.


Catatan:

  • Siampa adalah makhluk fiktif dalam cerita horor ini, terinspirasi dari legenda lokal Gunung Talang.
  • Cerita ini cocok untuk dibacakan di sekitar api unggun atau sebagai pengantar sebelum mendaki.
  • Jangan dibaca sendirian di malam hari!

Kau masih mau mendaki Gunung Talang? 😨

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply